Oleh : *Rizal Tanjung
INDSATU - Hadirin sekalian......,,,Kita berkumpul di sini bukan hanya untuk merayakan kebudayaan, tetapi untuk merefleksikan bagaimana kebudayaan diperlakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama oleh mereka yang kita percayakan sebagai pemimpin. Di tengah hiruk pikuk pembangunan fisik dan ekonomi, ada satu aspek fundamental yang seringkali diabaikan—kebudayaan. Dan ini adalah tragedi bagi kita semua.
Kebudayaan sering dipinggirkan, dianggap sebagai sesuatu yang sekunder, kalah penting dari infrastruktur, industri, dan modernisasi. Padahal, kebudayaan adalah fondasi dari semua itu. Tanpa kebudayaan, pembangunan hanya akan menjadi deretan bangunan kosong tanpa jiwa, tanpa identitas, dan tanpa arah.
Ketika kebijakan-kebijakan pembangunan lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi semata dan melupakan nilai-nilai budaya, kita sedang menggali kubur bagi peradaban kita sendiri. Bukankah kita sering mendengar bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budaya? Sayangnya, penghargaan itu kini lebih banyak terucap dalam pidato seremonial daripada terwujud dalam tindakan nyata.
Minangkabau kaya akan adat istiadat, falsafah hidup, seni, dan sastra yang sudah turun-temurun menjadi pilar kehidupan masyarakat. Filosofi "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah" adalah identitas yang membedakan kita dari bangsa lain. Namun, bagaimana filosofi ini bisa tetap hidup jika gedung-gedung kebudayaan roboh, jika program kebudayaan minim, dan jika seniman-seniman lokal tak mendapatkan dukungan yang layak?
Seakan-akan kita lupa bahwa kebudayaan bukanlah beban, tetapi aset. Kebudayaan bisa menjadi kekuatan ekonomi melalui pariwisata budaya, seni tradisional, dan kuliner yang khas. Lebih dari itu, kebudayaan adalah kekuatan moral, yang membentuk watak, karakter, dan etika generasi muda kita. Saat kita memandang sebelah mata terhadap kebudayaan, kita juga sedang mengabaikan masa depan kita.
Kita harus sadar bahwa pelestarian budaya bukanlah tugas opsional. Ini adalah kewajiban moral, sosial, dan politik. Kebudayaan harus dijaga, dirawat, dan dikembangkan, sama pentingnya seperti kita membangun jembatan atau jalan raya. Tanpa budaya, pembangunan fisik hanya akan melahirkan masyarakat yang kehilangan identitas, tercerabut dari akarnya.
Maka, hari ini saya berdiri di sini bukan hanya untuk mengkritik, tetapi juga untuk mengajak kita semua—baik masyarakat, seniman, dan seluruh yang berkepentingan—untuk bersama-sama mengembalikan kebudayaan ke tempat yang semestinya. Kita harus membuka mata dan hati, menyadari bahwa investasi terbesar bukan hanya pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada infrastruktur budaya yang akan membangun jiwa dan karakter kita sebagai bangsa.
Mari kita mulai dengan mendesak adanya kebijakan yang berpihak pada budaya, anggaran yang memadai untuk sektor kebudayaan, dan dukungan nyata bagi para pelaku seni dan adat. Dengan begitu, mari kita membangun Kebudayaan yang kuat dan mampu berdialog dengan zaman.
Kita harus percaya bahwa memuliakan kebudayaan bukanlah langkah mundur, tetapi langkah maju menuju peradaban yang lebih bermartabat. Karena bangsa yang menghormati kebudayaannya, adalah bangsa yang tak akan kehilangan arah (rls)
Salam kebudayaan.
* Penulis adalah seniman/ budayawan Sumatera Barat.
0 Komentar