Gubernur Jangan Genggam-genggam Bara

Oleh Miko Kamal 

Advokat dan Wakil Rektor III Universitas Islam Sumatera Barat 


Suatu hari seorang teman, pensiunan pejabat kantor gubernur yang juga mantan kepala dinas (Kadis), berkata kepada saya: "Pak Miko, seorang Kadis itu lihai-lihai dalam segala hal. Tidak sembarang orang itu. Di sela-sela hujan bisa dia lewat". 


Awalnya saya anggap angin lalu saja pernyataan itu. Saya anggap itu pernyataan bercanda saja. Lama kelamaan, setelah beberapa masa bergaul dengan beberapa Kadis, saya mengakui kebenarannya. Kadis di kantor Gubernur memang orang-orang pilihan. Secara formal, mereka berpendidikan tinggi, bahkan ada yang sudah begelar doktor. Kursus-kursus singkat sudah banyak yang ditamatkannya. Sudah katam kajinya. 


Suatu kali kami rapat dengan beberapa orang Kadis. Pak Gubernur juga hadir, memberikan arahan. Para Kadis yang hadir mengangguk-angguk seraya berkata singkat dan padat: siap Pak Gub. 


Saya yang peserta rapat ikut gembira. Para Kadis setuju dengan arahan Pak Gubernur. Dalam hati saya, tentu arahan Gubernur yang sejalan dengan pendapat kami yang non-kadis akan dieksekusi secepatnya oleh Kadis dan para pembantunya. 


Setelah rapat yang pertama selesai, biasanya Pak Gubernur rapat lagi dengan Kadis yang lain dengan topik bahasan yang berbeda. Pak Gubernur kembali memberikan arahan. Jawaban singkat dan padat juga terdengar lagi di rapat kedua: siap Pak Gub. Begitu seterusnya.


Saya tidak pernah menyaksikan rapat bersuasana hangat (jangankan panas) para Kadis dengan Gubernur. Hangat karena para Kadis meluruskan atau memberikan pandangan cerdas (dan juga berbeda) terhadap arahan yang disampaikan Gubernur. 


Saya paham, sungkan dan menghormati pimpinan adalah alasan yang paling tepat digunakan para Kadis mengapa meraka tidak membantah dan/atau meluruskan arahan Gubernur dalam rapat-rapat terbuka. Yang saya tidak paham itu adalah arahan Gubernur diiyakan di depan orang ramai, tapi di belakangnya dibelokkan. 


Akibatnya, banyak program Gubernur (termasuk program unggulan) yang tidak terealisasi. Di ujung periode, biasanya, Gubernur yang jadi sasaran umpatan. Gubernur yang tidak bisa kerjalah, tidak becuslah, lemah dan lain sebagainya.    


Saya coba mencari-cari di mana letak masalahnya, selain kelihaian seorang Kadis. Kadis memang lihai. Tapi, ada masalah lain: Gubernur dan Wakil Gubernur tidak fokus mengelola pemerintahan, terutama menyangkut progul yang merupakan "bunga galeh" mereka.


Soal tidak fokus, secara manusiawi, dapat dipahami. Gubernur memang punya tugas yang sangat banyak. Jika sedang di Padang, kalau diperturutkan, tamunya tidak putus-putus dari Subuh sampai tengah malam. Belum lagi undangan membuka ini atau meresmikan itu. Sebagian rakyat memang sangat mengharapkan Gubernur hadir di tengah-tengah mereka. Cucunya turun mandi, Gubernur diundangnya juga.


Urusan ke Jakarta juga banyak. Melobi calon investor, menemui anggota DPR dan DPD, mendekati perantau, bertemu menteri ini dan itu adalah sebagian saja dari tugas-tugas luar Provinsi yang mesti dijalankan Gubernur. Ditambah lagi tugas-tugas kepartaian yang kadang juga disambil-sambilkan Gubernur. 


Menurut saya, kelihaian para Kadis mesti disiasati dengan serius. Caranya, Gubernur membentuk tim yang diisi orang-orang kepercayaan yang kompeten di bidangnya untuk fokus memastikan progul Gubernur berjalan tepat sasaran dan tepat waktu. Keberadaan tim ini juga bisa dimanfaatkan para Kadis untuk mempraktikkan keliahaian mereka, yaitu memperdebatkan dengan keras hal-hal yang mungkin menurut mereka dianggap tidak penting atau tidak masuk akal terkait progul atau program yang ditetapkan Gubernur. Sekaligus juga bisa membuktikan bahwa para Kadis memang bisa lewat di sela-sela hujan. 


Ini sebenarnya bukan ide baru. Dulu, Gubernur punya orang kepercayaan. Ada tim yang dibentuk Gubernur yang sudah saya lupa (kan) namanya. Tapi, tim itu tidak bisa bekerja maksimal dan umurnya dipendekkan. Dulu itu, Gubernur serupa mempraktikkan mamangan "genggam-genggam bara" terhadap tim. Mulanya digenggamnya, ketika terasa agak panas dilepaskannya. Seperti antara percaya dan tidak saja.


Menurut saya, siapapun yang memenangi kontestasi tanggal 27 November nanti, orang-orang kepercayaan Gubernur dan Wakil Gubernur non-kadis harus ada dan selalu berada di seputaran Istana. Tugasnya, sekali lagi, hanya satu: memastikan progul dan program lainnya yang dijanjikan di masa kampanye dan nanti dituliskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dilaksanakan sebagaimana mestinya: tepat sasaran dan tepat waktu. Tapi, yang harus benar-benar diperhatikan, Gubernur dan Wakil Gubernur harus memastikan bahwa orang-orang yang ditunjuknya itu punya standar moral yang tinggi.  


Usulan saya ini boleh dijadikan bahan kampanye: "Wahai..., jika terpilih kami akan membentuk tim khusus untuk memastikan progul dan program lainnya yang kami janjikan terealisasi sesuai rencana".


Padang, 4 Oktober 2024

Posting Komentar

0 Komentar

Selamat datang di Website www.indsatu.com, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pemred : Yendra